-->

Sabotase, jurus pencitraan PILGUB Setelah jurus lainnya.

Pencitraan mungkin sudah menjadi budaya dalam perpolitikan kita saat ini. Apalagi pencitraan itu sudah memjadi kebutuhan agar terlihat nampak menyakiti, menzolimi dan kadang terkesan tegas dalam mengambil keputusan. Memang kalau bicara ketegasan dalam mengambil keputusan adalah suatu hal yang baik tapi apabila penambilan keputusan itu semata mata untuk pencitraan disaat yang punya wewenang ada syahwat untuk berkuasa kembali itulah permasalahannya. Kenapa bukan dari dulu, kenapa harus mendekati akan dimulainya PILGUB.
Yang lebih para kesan pencitraan itu seakan akan ada yang tidak suka dengan dia sih pemilik kekuasaan maka dengan ketidak sukaannya dibuatlah suatu peristiwa agar dianya hancur alias menyabotase. Sabotase ko banjir. Banjir sudah dari kau belum lahir. Sabotase kok kabel kenapa nggak ledakin aja tuh pintu air.
Jangan suka pencitraan. lalu apakah masyarakat belum sadar juga. Bahwa mesia seakan akan hanya memberitakan yang bagus bagua saja. Seperti seorang ibu lagi mendongengkan anak kecilnya. Hidup bukan dongeng. Hidup itu realita, bukan hanya didalam gambar kaca. Jangan selalu percaya berita. Berita kadang penuh kepentingan dan dusta.
Banyak diantara pemilik media media yang punya kepentingan tidak mau mencari berita tentang pemimpin media. Mungkin para wartawannya takut di pecat. Padahal dulu wartawan rela mati untuk memberitahukan kebenaran. Tapi sekarang seperti mereka takut mati kalau terjadi amukan anak istri. Mereka takut sama yang punya media. Takut ga bisa naik gaji dan rekresim.
Benar benar rakyat kita selalu di bodohi dan dimanfaatkan oleh segelintir orang. Wahai rakyat indonesia musuh kita sekarang bukan penjajah tapi musuh kita adalah para pemimpin dusta dan paa pemilik media dusta.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Sabotase, jurus pencitraan PILGUB Setelah jurus lainnya."

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel