-->

CERITAKU UNTUK ANAK KU

CERITAKU UNTUK ANAK KU - hari terus berganti, dan seiring perjalan yang panjang aku menemukan apa yang menjadi kerisauan dalam hati. Dalam hal ini kita tahu apa yang manusia inginkan dan dambakan yaitu bahagia di dunia dan akhirat,lalu apa yang harus diolakukan untuk mencapai itu. Mentari pagi bersinar membawa harapan baru bagi kehidupan manusia.

Mentari selama ini kita lupakan,mentari yang seakan sinarnya tak pernah kita hiraukan, padahal sinar itulah yang membuat mahluk bisa bernafas dengan lega, bisa merasakan kehangatan setelah malam mencekam,bisa mendengar nyanyian burung dan bisa kita tatap pohon yang menghijau. Sinarnya sangat bermanfaat tetapi kita hampir tak pernah menyadarinya,kita lupa sebagai mana kita lupa akan siapa yang membuat mentari. 

Sudah barang tententu pencipta maha karya yang agung adalah lebih dari penciptanya.sang kholik yang maha perkasa yang mengusai bumi dan seisinya serta yang mendatangkan malam dan siang yang menenggelamkan matahari dan bulan.

namaku Hisyam,hisyam murtado ibnu fath.anak yang terlahir dari sepasang orang tua yang bercerai karena keegoisan dan pemikiran yang mungkin aku tidak tahu. Keluarga yang hancur,keluarga yang tak utuh. keluarga yang terombang-ambing ditengah samudera yang tanpa nahkoda dan kompas. 

Aku tak pernah menyesal terlahir diantara mereka, bagaimana pun mereka adalah idolaku,mereka panutanku,mereka tempat aku mengadu dan mereka yang membuat aku seperti sekarang ini. Aku yang tahan akan kejamnya dunia,aku yang berusaha untuk belajar,aku yang berusaha untuk berdiri diatas kaki sendiri.

Selama itu aku hidup dengan belaian seorang nenek dan kakek yang tak pernah mengeluh merawat dan menjaga aku. mereka juga orang tua ku yang sangat aku kagumi, mereka sangat religius dan watak mereka sangat keras. Terkadang aku merasa terkekang dengan sifat kearogan dan keegoisan mereka,setiap apa yang mereka inginkan aku harus selalu mentaati dan melakukannya. 

Yang aku ingat dari kaket dan tak akan ku lupa disaat kakek marah melihat kelalaian aku dalam memnjalankan sholat. Ketika itu sudah masuk dzuhur dan aku masih keasikan main dengan teman-teman sampai jam dua siang. 

Aku tak menyangka setelah sampai dirumah,sendal japit yang selama ini dipakai kakek tiba2 melayang ke kepalaku.

Aku dipanggilnya,Aku dipukul pakai rotan yang sering dipakai untuk memukuli kasur disaat dijemur. Aku menangis dan minta ampun tanpa jeritan aku tak dihiraukannya. Mungkin kakek sudah capek,aku pun dilepaskannya. Dengan nafas yang terengah-engah kakek berbicara"

Apa kamu tahu kesalahan kamu" Aku masih menangis menahan sakit disekujur tubuh ku,dan hanya gelengan kepala sebagai jawabannya.

" Sudah jam berapa sekarang,bukannya makan,sholat dan siap-siap madrasah malah keasyikan main. Perlu kamu tahu ALLAH itu tak butuh sholat mu yang butuh itu kamu,"

Sambil berlalu kakek pergi dan datang kembali sambil mengambil kan sarung serta peci. Tetapi dengan mimik yang tak lagi marah.

"Sana mandi dan siap-siap untuk berangkat madrasah"memang dari kecil aku selalu diajarkan untuk selalu disiplin dan taat dalam menjalankan agamaku. Dari hal yang semisal makan,jangan sampai ada seupah pun nasi yang tertinggal dalam piring. 

Yang aku ambil manfaat dari nasehat itu bahwa aku harus prihatin dan menghargai betapa berharganya sebutir nasi bagi yang tidak punya. 

Aku tak pernah sperti temen-temen yang kalau mau makan dicari dan disuapin, bilamana mereka berekreasi ada yang menemanin, kalau mau minta mainan tinggal menangis, dan bila mau berangkat sekolah mereka siapkan segala keperluannya. 

Aku tak iri dengan kondisi mereka, Karena aku sadar betul bahwa aku berbeda dengan mereka, aku adalah sang mentari yang sinarnya berguna bagi mahluk kehidupan, yang kehangatan nya selalu mereka rindukan, dan aku selalu mereka harapkan untuk kehidupan yang lebih baik. masih aku teringat pesan kakek bahwa manusia dilahirkan hanya untuk berbuat baik pada orang lain,

berbuat baik pada alam dan berbuat baik untuk dirinya sendiri.orang yang bahagia bukan orang mempunyai harta yang berlimpah,bukan orang yang jabatannya tinggi,tetapi orang yang berbahagia adalah orang yang berilmu dan bisa membahagiakan orang tersebut dengan ilmunya.

Keras-kepala-lah untuk kebaikan. Janganlah engkau bersikap keras kepala untuk menolak anjuran dan nasehat baik. Janganlah engkau berlaku keras kepala, dan menolak cara-cara baru yang akan mengeluarkan dirimu dari kesulitan. itulah hikmah dari sikap keras kakek ku.memang sangat sedih dan kesal untuk usiaku yang terlalu didik dengan keras.

KU rindukan mereka

Itulah harapan yang aku panjatkan disetiap sujud ku,aku menangis untuk berharap akan mereka. Setiap pagi Disaat anak2 lain akan berangkat kesekolah,sungguh senangnya anak2 itu karena ada orang tua yang menyiapkan baju seragamnya,sarapan yang tertata di meja makan,makan disuapin,dan kesekolah pun diantar. 

Sedangkan aku jangankan untuk mandi dan baju seragam yang tertata rapi,uang saku pun terkadang tak aku miliki. 

Penderitaan,tak pernah aku anggap apa yang aku alami penderitaan.Bukankah penderitaan itu bilamana kita merasakan sakit,pedih atau berduka,tetapi semua aku anggap hanya sebagai rintangan yang kecil.

Dalam mimpi aku bisa merasakan kehangatan kedua orangtuaku,dan dalam kenyataanya kakek nenek adalah orangtua yang selama inii memberikan kasih sayang yang sangat spesial.

Kakek bernama Abdul khanan,beliau seorang guru ngaji dikampung,setiap hari dimengajar para anak didik nya disebuah madrasah yang bernama madrasah ikhsaniyah kalimati.

Aku bangga memiliki seorang kakek yang berjuang demi agama,walaupun terkadang beliau selalu mengajarkan kepada muridnya dengan keras.Sebagai cucu aku pun tak luput dari kerasnya kakek mengajar,bila mana ada hapalan yang tak bisa tak jarang pula sebuah pukulan tangan mendarat memakai sapu.

Kakek selain seorang guru ngaji,beliau juga terpandang dikampung karena beliau adalah petani yang sukses,puluhan hektar sawah membentang seperti lapangan terbang. Karena mempunyai sawah yang luas maka banyak pula pekerja yang selama ini mengabdi kepada kakek.Tapi kesemuanya tak membuat kakek sombong. Dan sosok kakek lah yang menjadi orang tua ku saat itu.

saat itu pada hari jumat,aku bermain seperti layaknya anak kecil Dan kabar dari seberang sana telah mengagetkan dan membuyarkan keasyikan aku bermain di sawah. Seorang Guru dan Kakek Meninggal tepat di jam 9,10 hari jumat

Selamat Tinggal Kyai Abdul Khanan bin watam



Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "CERITAKU UNTUK ANAK KU"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel