Surat Terbuka Untuk Jaksa Agung
Dengan risiko terlihat naïf, saya menuliskan surat ini untuk Anda, Pak Jaksa. Saya, satu dari jutaan orang di Indonesia yang merasa dibingungkan dengan agenda penegakkan keadilan di negeri ini. Ada banyak hal yang tak kasat mata terjadi, dan di dalam kepulan asap tebal yang membutakan, kami hanya bisa meraba, maafkanlah jika kami salah: tapi, kami mengira, Anda tak lagi berpihak pada agenda yang sama.
Pak Prasetyo...
Kita tahu bersama, Anda duduk di kursi Anda sekarang semata karena dunia politik dibangun dari banyak janji –janji yang diingkari. Di suatu masa, ada seseorang yang mengatakan dia tak akan mengambil jaksa agung dari kalangan politikus agar tak ada bias kepentingan apapun dalam penegakkan hukum dan untuk mewujudkan cita-cita keadilan. Sayangnya, kami percaya. Tanpa sedikit pun mengingat bahwa politik selalu dilimpahi oleh banyak paradoks dan bualan. Demikianlah, anda ditunjuk meski jelas-jelas saat itu masih menjabat sebagai anggota DPR dari Partai nasdem.
Untungnya, Pak Prasetyo, bagian terbaik dari menjadi rakyat Indonesia, adalah kita selalu bisa melupa. Kami akhirnya bisa menerima Anda setelah di awal-awal menjabat, Anda seperti berusaha ingin membuktikan sesuatu. Yang paling saya ingat adalah Anda menghukum mati para pengedar dan Bandar narkoba. Televisi menayangkan Anda dengan kopiah dan kemeja putih diwawancarai tentang kapan seharusnya mencabut nyawa seorang terpidana.
Lalu, setelah itu, Anda seperti menghilang dari semua pemberitaan dan tiba-tiba kembali dengan menfokuskan diri Anda kepada mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Dengan kecepatan yang mencengangkan: Anda segera memintal jerat macam-macam kasus untuk Dahlan: Korupsi gardu listrik, korupsi mobil listrik, korupsi sawah fiktif, korupsi penjualan aset milik PT Panca Wira Usaha (PWU), badan usaha milik daerah (BUMD) Jawa Timur. Di negeri di mana Anda bisa melihat penyimpangan di manapun di kantor pemerintahan -- bahkan di instutusi Anda sendiri, asalkan Anda punya cukup waktu untuk memeriksanya --, obsesi Anda kepada Dahlan Iskan terbilang luar biasa. Saya tak heran, jika Dahlan dengan ketabahan dan rasa humornya yang tak pernah mati, mengatakan: “saya berprasangka baik, mungkin beliau (Jaksa Agung) pingin mendapatkan penghargaan dari MURI.”
Saya menolak mengikuti logika humor Dahlan Iskan dan menganggap bahwa tiga kasus sekaligus hanyalah kebetulan. Tapi, begitu sulit sekali untuk menegakkan akal sehat sementara dalam berita yang saya baca, Anda bahkan tak sungkan menyatakan kebencian Anda kepada Dahlan iskan. Anda gembira begitu Praperadilan Dahlan iskan ditolak, seakan penderitaanya adalah sesuatu yang patut anda rayakan. Saya kutipkan kata-kata Anda: "Satu hal yang saya pikir cukup menggembirakan, bahwa saya dengar laporan tuntutan praperadilan Dahlan Iskan ditolak sepenuhnya.”
Anda mengatakan bahwa Dahlan Iskan suka bersikap bahwa seolah-olah dia hanya korban. Melawan semua opini dan pembelaan dari para pakar hukum terkemuka dan pandangan para professor ahli hukum di republik ini, Anda ngotot menjalankan semua kasus –kasus ini, tak peduli apa. Anda bahkan kemudian dengan semangat yang hanya bisa dibaca dalam sebuah kisah peperangan terdingin dan terbrutal, mewujudkan doa Dahlan iskan untuk mempromosikan jabatan dan memberi reward para jaksa-jaksa yang telah bekerja menuntutnya.
Ada apa, Pak Prasetyo? Apa yang telah dilakukan Dahlan Iskan kepada Anda? Hak apa dari kehidupan Anda yang telah dilanggarnya?
Atau lebih jauh lagi: peran apa yang berusaha anda jalankan demi partai Anda? Atau demi pemerintahan ini, mengingat Anda juga tak tahan untuk “bergabung dalam tim” yang menyatakan dukungan anda tentang tuntutan ringan kontroversial salah satu calon gubernur lalu. Apakah anda diplot demi sebuah agenda? Mungkin untuk menghentikan siapa saja yang berbahaya bagi popularitas tuan anda? atau Persaingan bisnis media telah begitu sengit, yang kebetulan Dahlan Iskan adalah rival dari umum partai
Anda yang juga seorang taipan media? Atau “hanya” demi suksesi 2019 nanti? Yang mana?
Pak Prasetyo...
Anda pasti sadar bahwa Anda ditunjuk usai sebuah agenda pemilihan paling sengit di republik ini, yang mungkin selamanya telah mempolarisasi orang –orang secara politik. Dalam situasi yang memungkinkan para penguasa harus mengamankan fase pemerintahan mereka hingga pemilihan berikutnya dan menaruh orang-orang tertentu pada pos-pos “penegakan keadilan”, posisi Anda adalah posisi strategis untuk menjalankan tentakel politik, setiap langkah ini mungkin sah secara politik tetapi amat berbahaya secara sosial karena bisa berimplikasi pada rusaknya tatanan hukum. Di tengah pusaran itu, sosok yang begitu lugu ini, Dahlan Iskan, terseret, tanpa tahu apa yang telah diperbuatnya bagi Anda, bos Anda, dan lingkaran orang-orang Anda. Setidaknya, berilah dia kesempatan untuk tahu, tentang apa sebenarnya semua ini? atau hanya karena dia begitu populer?
Apakah salah jika Pak Dahlan begitu cemerlang, Pak Jaksa? Apakah salah jika dia kompeten dan kredibel? Apakah dia tak seharusnya lebih merakyat daripada atasan Anda? Apakah dia seharusnya tak boleh lebih pintar dan cerdas dari bos Anda? Sebenarnya, jika Anda tak dibutakan oleh agenda politik tertentu, Anda bisa bertanya: apa yang Dahlan tidak berikan untuk pemerintahan ini, Pak? Secara politik dia mendukung, bahkan dia rela semua idiom dan atribut kampanyenya dipakai? Anda pasti gak berpikir moto kerja, kerja, kerja dan baju hitam putih itu benar orisinil dari atasan Anda, kan?
Demikianlah, Pak Prasetyo, surat saya. Saya tidak berharap Anda akan membacanya. Tapi, jika entah bagaimana, surat ini sampai ke Anda, mungkin ada yang mensharenya di grup WA yang anda ikuti, saya hanya ingin mengatakan bahwa semua ini harusnya tidak menjadi peperangan Anda. Berpihaklah kepada keadilan, alih-alih kepada agenda politik pemerintah atau siapa saja. Luruslah. Anda harusnya malu dengan Sally Yates, seorang wanita mantan pejabat Jaksa Agung Amerika Serikat yang dipecat Presiden Trump karena enggan mendukung pelarangan imigran muslim.
Dengarlah apa yang dikatakan Yates saat melawan Trump: Tanggung jawab saya adalah untuk memastikan bahwa posisi Departemen Kehakiman tidak hanya bisa bertahan secara hukum, tapi juga mendapat informasi tentang pandangan terbaik kita dalam hukum. Saya bertanggung jawab memastikan posisi yang kita ambil di pengadilan tetap konsisten dengan kewajiban institusi ini untuk mencari keadilan dan berpijak pada kebenaran.”
Anda bisa mewujudkan ini, Pak Prasetyo. Langkah awal adalah hentikanlah kriminalisasi kepada Dahlan Iskan, karena saat ini ada jutaan rakyat yang sedang menangisi keadilan untuknya. Ingatlah, Pak, dari semua nasihat di dunia ini, saya selalu meyakini satu: berhati-hatilah untuk setiap orang yang terzalimi dan terlukai, karena di dunia ini tak ada yang lebih cepat kering dari air mata.()
Hormat saya
Rakyat Indonesia....
0 Response to "Surat Terbuka Untuk Jaksa Agung"
Post a Comment