PUISI kEMATIAN
PUISI kEMATIAN
Dalam setiap langkah selalu kudendangkan lagu-lagu indah untuk penciptaku
Meniti jalan yang mendaki,terasa butiran peluh mengalir deras
Hujan peluh dan keringat ku sapu dengan sebuah tangan
lelah dan lemah kurasakan
belumsempat kukatakan syukur,nampak sebuah peristiwa
Dijalan yang penuh dengan debu
terkulai lemas sang penunggang kuda besi
dengan muka tertutup,dia merintih
menyebut tuhannya,dan dia pun minta tolong
PUISI kEMATIAN |
PUISI kEMATIAN
Matahari leleh memberi sinar,datang pula sang rembulan menggantikan
seorang kakek yang matanya buta memegang sebuah tongkat
Tongkat yang seperti saudara,teman dan kekasih
menunjukan arah tanpa harus diperintah
setia tanpa berharap diagungkan
lalu apa yang menjadi pegangan bagi orang yang melihat
bukankah langit dan bumi sudah menjadi bahan untuk orang yang berfikir
PUISI kEMATIAN
Datang lah sigemuk yang mengeluh
dengan pandangan yang seakan-akan dibuat kosong
dia menceritan apa yang telah terjadi pada dirinya
anaknya yang gila,istrinya yang suka belanja belum lagi sifat pengemis dan kebodohan dia
tak ada yang dia syukuri sama sekali,mengeluh dan hanya mengeluh
belum lagi nampak seseorang beraut kusuh
yang menceritakan betapa banyak hutangnya
orang berkepala botak pun tak lepas dari gunjingannya
dia suka sekali memakna bangkai temennya
seakan-akan dia yang terbaik diantaranya
Sungguh mereka seakan lupa
lupa akan nikmat apa yang telah diberikannya
lalu jalan apa biar mereka terbuka matanya
mata hati dan pikirannya
lama aku terdiam,melihat kesemua itu
adakah aku juga seperti mereka
PUISI kEMATIAN
0 Response to "PUISI kEMATIAN"
Post a Comment