WALISONGO DAN INDONESIA
WALISONGO |
WALISONGO DAN INDONESIA - Sejarah telah membuktikan bahwa islam adalah agama yang melahirkan banyak toko dan pahlawan. Dan yang paling mendasar dalam perkembangan masyarakat indonesia adalah pejuang pahlawan yang berjumlah sembilan.
Pejuang tersebut sering kita kenal dengan sebutan wali songo. Mereka berjuang dengan mensyiarkan islam. Berjuang memperbaiki moral dan terkadang pula mereka berjuang melawan penjajah belanda. Bukti kepahlwanan beliau tidak di tuangkan dalam kepres ataupun mendapatkan tanda jasa. Tetapi jiwa kepahlawanan beliau bisa kita lihat dari makamnya.
Anda lihat, Sunan Ampel misalnya, sudah berapa ratus orang yang berdzikir di makam beliau tiap hari?
Makam Sunan Kalijaga, berapa ratus orang yang sudah menyebut nama Allah di sana tiap malam?
Sunan Muria, sudah berapa ribu orang yang membaca Qur'an dan membaca shalawat di sana (Muria)?
Saya sendiri saja masih susah mengajak anak-anak sehabis maghrib untuk berkumpul dan memperkenalkan ajdad (leluhur), berdoa, berdzikir, dan membaca Quran.
Bagaimana bisa seramai di makam para auliya` Allah Walisongo? Padahal mereka sudah wafat ratusan tahun yang lalu, dan saya masih hidup.
Berziarah, selain melahirkan budaya malu seperti tadi, seharusnya berfungsi memperkenalkan siapa yang ada di makam tersebut kepada anak-anak kita. Seharusnya bukan Walisongo saja, tapi perkenalkan juga siapa Kiai Sentot Prawirodirjo, siapa Kiai Diponegoro, siapa Jenderal Sudirman, karena kita semakin lupa dengan para pahlawan negeri ini.
Lihatlah bendera kita, merah putih, ia berdiri tegak bukan secara gratis! Ada darah dan nyawa para pahlawan yang harus dibayar untuk “membeli” bendera itu. Coba kita kenalkan para pahwalan itu setiap habis maghrib.
Lihatlah bendera kita, merah putih, ia berdiri tegak bukan secara gratis! Ada darah dan nyawa para pahlawan yang harus dibayar untuk “membeli” bendera itu. Coba kita kenalkan para pahwalan itu setiap habis maghrib.
Ibarat kita sudah merdeka ini, seperti ada hidangan di meja di depan kita dan kita tinggal melahapnya saja. Tapi bukannya melahap, eh malah sibuk ribut sendiri, saling sikut, mau diadu domba. Makam Sunan Ampel saja, yang sudah wafat ratusan lalu, masih sanggup mempersatukan masyarakat sekarang yang masih hidup.
Pintu makam selalu dibuka, semua orang dapat menziarahi, apapun warna kulitnya, apapun partainya, dan di kanan-kiri banyak orang berjualan, pendapatan mereka bertambah, ada pekerjaan yang dapat menyambung hidup mereka.
Muka kita mau ditaruh dimana, wong orang yang sudah mati saja masih bisa begini, tapi kita yang masih hidup tidak bisa apa-apa.
Pintu makam selalu dibuka, semua orang dapat menziarahi, apapun warna kulitnya, apapun partainya, dan di kanan-kiri banyak orang berjualan, pendapatan mereka bertambah, ada pekerjaan yang dapat menyambung hidup mereka.
Muka kita mau ditaruh dimana, wong orang yang sudah mati saja masih bisa begini, tapi kita yang masih hidup tidak bisa apa-apa.
Walisongo dan para pejuang kemerdekaan kita adalah salah satu pengingat agar kita merasa malu untuk tidak ikut berperan serta dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Bukankah bangsa besar adalah bangsa yang tidak melupakan jasa jasa para pahlawan. Beliau beliau adalah pahlawan yang tak akan di kekang waktu.
Terima kasih wali songoku.
Bukankah bangsa besar adalah bangsa yang tidak melupakan jasa jasa para pahlawan. Beliau beliau adalah pahlawan yang tak akan di kekang waktu.
Terima kasih wali songoku.
0 Response to "WALISONGO DAN INDONESIA"
Post a Comment