-->

MANUVER AMERIKA VS CHINA

Manuver elang (julukan Amerika Serikat) dan naga (sebutan Republik Rakyat Cina) pada kawasan Asia Pasifik semakin berkembang ke arah persiapan penggunaan hardpower (kekuatan fisik) ketimbang semata-mata mengandalkan diplomasi dan softpower (kekuatan persuasi). 
Manuver Amerika VS China
Manuver Amerika VS China
Dinamika ini menunjukkan makin tinggi nya kebutuhan penataan kembali TNI, Polisi Republik Indonesia, & para penyelenggara intelijen negara sinkron tugas pokok dan fungsinya.

Perkembangan mutakhir adalah latihan perang Cina beserta Rusia di Laut Kuning dalam 22-27 April yang berdasarkan Jubir Kemenhan Rusia, dikutip kantor berita RIA Novosti pada 21 April, 

MANUVER AMERIKA VS CHINA

latihan akan termasuk simulasi penyelamatan kapal yang dibajak, pengawalan kapal niaga, dan pertahanan armada terhadap serangan udara & bahari. Sulit dibantah latihan ini bukan buat meng antisipasi latihan adonan AS, Filipina, & beberapa negara sekutu lain berkode Balikatan lepas 16-27 April.

Dinamika lain adalah awal April se bagai tahap pertama Alaihi Salam menempatkan 200 prajurit korps marinir menurut planning 2.500 orang pada Darwin, Australia. Media Amerika & Australia juga mewartakan rencana Alaihi Salam membangun Kepulauan Cocos, Australia, sebagai basis pesawat mata-mata. Hal ini tidak mengherankan lantaran sejak 1970 AS telah memakai daratan Australia, yakni kawasan Alice Springs, sebagai stasiun satelit mata-mata.

AS pun memiliki pangkalan militer di Diego Garcia, daerah Samudra Hindia, & stasiun kapal perang pesisir (littoral combat ships) di Singapura, seperti jua dianggap dokumen Defense Budget Priorities and Choices laman lima yang diterbitkan Dephan Alaihi Salam Januari 2012. Persaingan AS dan Cina merambah hampir ke segala aspek kehidupan.

Cina sudah mematahkan Doktrin Monroe bahwa ‘America for the Americans’, yg terlihat berdasarkan kegagalan Presiden Obama mengarahkan para pemimpin anggota negara-negara Benua Amerika (OAS) dalam KTT di Kolombia. 

Bahkan, Cina dan Rusia memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang dirancang Alaihi Salam buat menindak rezim Bashar Assad. Sebaliknya, Cina kian suntuk akan manuver Amerika di tempat Asia Tengah, Benua Kuning, & Asia Pasifik.

Perang’ Ekonomi

Persaingan itu makin terbuka ketika perekonomian AS menurun, sedangkan kapitalisme Cina yang dioperasikan oleh BUMN mantap bertahan. Dulu AS yg mendorong Cina membuka pasarnya & menjadi anggota WTO. Kini, pasar Alaihi Salam dibanjiri produk impor Cina.

Perselisihan AS dan Cina kian tajam saat negara Tirai Bambu membatasi ekspor logam tanah langka (unsur lantanida). Bulan Maret Presiden Obama bersama Jepang dan Uni Eropa resmi menyampaikan keberatan pada WTO atas kebijakan Beijing yg mengklaim keputusannya didasari kebutuhan industri domestik & rencana lingkungan hayati.

Masalahnya, 97 persen mineral tanah langka didapatkan Cina. Padahal, logamlogam tersebut merupakan faktor terpenting industri alat-alat militer & sistem persenjataan sophisticated. Seperti, lanthanum buat indera penglihatan malam bagi tank, samarium menjadi magnet tetap untuk alutsista, sistem radar, dan buat penyamaran suara baling-baling helikopter (Hurst, 2010 dalam Joint Force Quarterly edisi 59 National Defense University).

Namun, benarkah relasi elang & naga hanyalah persaingan dan pertarungan?

Pada 2005 Chevron bersaing menggunakan BUMN Cina, CNOOC, buat memperebutkan Unocal, yg dimenangkan Chevron meski tawarannya lebih rendah karena dibantu Kongres AS. Namun, pada 2010 Chevron meneken kontrak penjualan 18 persen produksi tambang gas laut pada Gendalo Gehem pada tanggal pantas Selat Makassar kepada BUMN Cina, Sinopec.

Kasus penjualan aset strategis bangsa Indonesia ini perlu menjadi pertimbangan dalam menyusun taktik politik & pertahanan Indonesia dalam mengantisipasi pergeseran ekuilibrium pada tempat Asia Pasifik. 

Salah satu prinsipnya, apabila politik itu merupakan perebutan asal daya apakah bidang politik atau ekonomi—sumber daya itu juga mampu menjadi media negosiasi, akomodasi, atau resolusi pertarungan. Sekiranya, perdamaian kekal itu hanya terdapat di atas kertas.

Jika Jenderal Carlvon Clausewitz dalam bukunya, On War, menyatakan “perang itu tidak lebih dari kelanjutan politik/kebijakan menggunakan alternatif”, kita pun dapat memodifikasinya sebagai “politik/diplomasi itu merupakan perang menggunakan cara lain ”. Ini berarti, taktik & taktik politik bisa mencegah “elang menyambar & naga menyembur” yg mampu merugikan pihak-pihak lain yg lebih lemah.

Ambil Pelajaran

Dari masalah proyek Gendalo Gehem, terbukti kita tidak perlu mengikuti semua rencana AS atau Cina. Keduanya bisa melakukan resolusi permasalahan dengan memanfaatkan hak milik kita. Kita relatif menjalin interaksi menggunakan AS & Cina dengan berbasis dalam kepentingan terbaik bangsa ini, & sejujurnya itu tidak merugikan Alaihi Salam atau Cina.

Dalam latihan militer, contohnya, menjadi negara yang lebih lemah kita perlu menyerap ilmu dan teknologi berdasarkan AS, misalnya tentang teknologi persenjataan, manajemen keamanan maritim, ketahanan sibernetika, ketahanan tenaga & tenaga buat pertahanan, manajemen logistik (terutama lantaran negara kepulauan), peperangan udara, serta gelar operasi spesifik dan intelijen berbasis peralatan militer modern. Indonesia agaknya nir terlalu butuh training antiterorisme karena dipercaya sudah berhasil.

Sementara berdasarkan Cina, kita dapat belajar, antara lain, optimalisasi BUMN & penyerapan teknologi pada industri strategis dan pertahanan. Kerja sama serupa pula dapat dilakukan dengan negara-negara lain, seperti Inggris, Korea, Jerman, Australia, Jepang, Pakistan, & India.

Kemitraan dengan banyak sahabat dapat menjauhkan syarat misalnya Papua Nugini. Pemerintah PNG berganti antara kubu Michael Somare yg didukung Cina & pihak Peter O'Neill yang disokong AS-Australia. Karenanya, kita wajib  mencegah Pemilu 2014 sebagai `medan perang' elang dan naga

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "MANUVER AMERIKA VS CHINA"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel