-->

UNTUK MU KEKASIH HATIKU

UNTUK MU KEKASIH HATIKU - BAGIMU Bersyukur sekali rasanya ketika antum sejenak mau meluangkan waktu untuk membaca coretan tinta di lembar kertas ini, goresan cinta ana yang sangat dalam kepada sosok saudara yang sangat ana kagumi karena keistiqomahannya, yang secara sadar dan memahami arti dakwah yang sebenarnya hingga kelak waktu berhenti...

Bahkan terkadang ana berharap kepada Allah, “Ya Allah... Jangan Engkau matikan kami sebelum kami berhasil merangkul saudara-saudara kami yang sesat. Ya Allah... kelak ingin sekali kami merasakan indahnya ukhuwah islamiyah, budaya-budaya islam, peradaban-peradaban islam menjamur dimuka bumi ini...”.

Tapi itu hanyalah sebuah harapan... Ana yakin ketika harapan tersebut dirangkaikan dengan doa dan disambungkan dengan tindakan nyata, yang tentunya harus dilakukan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan secara jamaah, Insya Allah itu akan menjadi konsep dasar lahirnya sebuah kekuatan yang luar biasa dahsyatnya..., sehingga dengan ijin Allah, kita akan di mudahkan-Nya untuk mewujudkan harapan-harapan di atas...


UNTUK MU KEKASIH HATIKU

UNTUK MU KEKASIH HATIKU

Saudaraku...

Jalan dakwah ini ada tiga yang menjadi faktor “x” ... pengikutnya sedikit, penuh onak dan duri, serta merupakan sebuah perjalanan yang sangat panjang... Tapi itu semua akan menjadi sangat mudah kita lalui, jika kita selalu berjamaah dan dalam hati ini hanya ada Allah dan antum semua...

Saudaraku...
Seseorang pernah bertanya pada ana tentang sesuatu yang juga menyangkut diri antum. Ijinkan ana untuk mengkisahkannya...
Fulan : Wahai antum, apakah antum mencintai Allah?
Ana : Insya Allah ya Fulan, ana sangat mencintai Allah...
Fulan : Lalu, apakah antum juga mencintai seseorang yang membaca surat ini?
Ana : Insya Allah ana juga mencintainya...
Fulan : Berapakah jumlah hatimu wahai antum?
Ana : Hanya satu wahai fulan
Fulan : Kemudian, bagaimanakah antum bisa mencintai dua sekaligus, padahal antum hanya memiliki satu hati?
Ana : Justru karena ana mencintai Allah, maka hati ana pun bisa mencintai saudara yang lainnya... Dan ketika ana tidak pernah bisa mencintai Allah, maka itu artinya ana tidak akan pernah bisa mencintai siapapun juga, dengan arti dan pemahaman cinta yang sebenar-benarnya...

UNTUK MU KEKASIH HATIKU - Tahukah antum mengapa ana bisa dengan sangat yakin berkata demikian? Karena ana sangat ingin selalu dekat dengan antum. Melihat antum, mendengarkan tauziah antum, mengingatkan ana pada Tuhan kita yang menggenggam segala jiwa... Ana sangat mencintai Allah, dan oleh karenanya ana akan mencintai juga setiap saudara yang mengingtkan ana kepada Dzat yang sangat ana cintai...

Keistiqomahan antum dalam dakwah ini benar-benar membuat ana bersyukur memiliki kesempatan untuk mengenal antum...

Karena sesosok antum yang begitu sabar, ikhlas, ulet sempat membuat hati ini gemetar... Hati ini menangis ketika antum dengan sabar mengajarkan ilmu-ilmu Allah di depan adik-adik TPA... Hati ini tersedu ketika antum dengan ikhlas, berhasil menggerakkan para pemuda kader-kader dakwah yang Insya Allah kelak akan mendampingi kita menjadi milisi-milisi dakwah islam...

Saudaraku...

Walaupun ana harus pergi jauh meninggalkan antum, namun hati kita akan selalu terikat satu sama lain... Ukhuwah yang kita rajut bersama, dalam suka dan duka... Tidak ada yang kita lakukan, kecuali di atas jalan iman...Tidak ada yang kita korbankan kecuali demi tegaknya Islam... Dan selama itu masih terus memancar dalam hati antum, selama itu pula kerinduan ini akan terus membuncah, dalam ketinggian mahabah, cinta suci hanya karena Allah semata...

Ana masih ingat ketika antum memberi kesempatan pada ana untuk bisa hadir dalam majelis taklim yang mulia itu... Ana masih ingat ketika kita berhasil melaksanakan acara training motivasi dan muhasabah diri untuk temen-temen pemuda... Masih berbekas dalam hati ini saat-saat dimana kita merenungi bersama ayat-ayat Allah... Kita saling taqarub, tukar pengalaman, menasehati, layaknya sekelompok saudara yang tak ‘kan sanggup berpisah antara satu dan yang lainnya... Hingga kita menyadari, bahwa kelak pasti akan tiba saat dimana salah seorang diantara kita harus pergi untuk memisahkan diri... 

Bukan kepergian ana kali ini saudaraku, melainkan kepergian untuk pertemuan dengan Allah... Layaknya seorang bawahan yang di beri tugas oleh atasannya, kelak dia harus melaporkan dan mempertanggungjawabkan hasilnya kembali kepada atasannya... Sebagaimana yang di firmankan Allah yang membuat hati kita berdua gemetar...

“Dimanapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu kendatipun kamu berada di dalam benteng yang kokoh...” (QS. An-Nisa’:78).

Tak jarang air mata kita jatuh membasahi pipi, manakala muhasabah diri kita lakukan sepenuh hati... Apa yang aku kerjakan hari ini? Apa yang telah aku lakukan selama ini?

Adakalanya antum terdiam, hanya menunduk dan menghindari tatapan... Antum begitu hanyut dalam perenungan disepertiga malam... Tinggal katupan rapat dari sudut bibir antum... Saat itu, ana benar-benar berpikir bahwa begitu luar biasanya sosok yang tengah berada di hadapan ana ini dalam mengemban amanah dari atasannya...

Demi Allah, keimanan antum-lah yang juga mampu membekaskan kehangatan dalam hati-hati kita... hati antum, juga hati ana...

Saudaraku...

Tapi ana harus jujur mengatakan sesuatu kepada antum... Ketika cinta ini berbalut rindu kepada Allah, maka cinta ini pun bisa pudar ketika kerinduan kita mulai beralih kepada selain-Nya... Sebagaimana seorang kekasih yang cemburu ketika ada yang menduakan cintanya, Allah pun cemburu ketika kerinduan kita berpindah bukan lagi kepada-Nya... Dan jika Allah cemburu, ana takut ketika harus membayangkan pelan-pelan ada yang luntur di antara ukhuwah kita...

Saudaraku...

Ana yakin... telah begitu sering kita saling berbagi,menasehati... Hingga ada janji yang tak sadar kita buat, bahwa kita tidak akan membiarkan ada seorang pun diantara kita yang terjatuh bersama mereka yang jatuh... Selama tangan ini masih kuasa untuk menggenggam, maka tak akan ana lepaskan... Jurang itu terlalu hina untuk antum tempati...

 Jurang itu hanya cocok bagi mereka yang buta hatinya, bukan untuk mereka yang sering menangis karena cinta dan rindu pada Allah, sekaligus takut akan adzab-Nya... jurang itu bukan untuk antum... Sekali lagi ana tegaskan, “jurang itu bukan tempat antum...”

Istiqomah-lah selalu saudaraku... Tancapkan bendera Keimanan, bendera Khilafah Islamiyah di hati antum. Jangan pernah antum sekali saja pergi meninggalkan jalan yang telah antum pilih ini, jalan yang penuh onak dan duri... jalan yang penuh kepedihan... jalan yang mengorbankan kenikmatan dunia... jalan yang untuk saat ini sangat sedikit pengikutnya... 

Tapi yakin! Ketika bendera itu benar-benar tertancap di hati antum, ana, juga saudara-saudara kita seperjuangan, dengan izin Allah bendera-bendera itu juga akan segera tertancap di setiap muslim seluruh muka bumi ini... Walaupun kelak tak kita hadapi masanya, tetaplah al-haq pasti menang. Saudaraku... 

Kejayaan islam bukanlah sekedar mimpi, tapi itu janji Allah yang haq dan pasti kedatangannya... Tidakkah terbesit di hati antum kerinduan yang membuncah akan kedatangannya... Tidakkah terpercik di hati antum keinginan untuk menyambutnya... Oleh karena itu berjuanglah, berjuanglah, berjuanglah Yaa Jundullah...

Saudaraku...

Doakan ana juga agar tetap istiqomah seperti antum... Karena, sedikitpun nama ana tidak ingin dicoret dari daftar Jundullah... Ana ingin terus menanti antum, hingga Kemenangan tiba, atau.....
Syahid mendahuluinya.....................................................
Insya Allah...


“wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu...” (Q.S. Ali-‘Imron:200)


Dari Seseorang yang sangat Mencintai Antum...

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "UNTUK MU KEKASIH HATIKU"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel